search
Jumat, 02 Juli 2010
Castle Gothic Metal Gaya Semarang
Cukup menyenangkan juga melihat ragam musik yang dimainkan oleh anak-anak muda Semarang. Dari mereka yang bermain di kubu musik metal saja kita bisa menemukan berbagai gaya, selain thrash atau death metal, yakni gaya Gothic Metal. Bila dibandingkan dengan gaya dan aliran musik metal lainnya Gothic Metal memang tampil beda. Di Eropa misalnya, mereka tampil dengan nama band yang terdengar ‘kurang lazim’ misalnya Aeternitas, Aion, Atargatis, Labores Somnium, Myriads, Xandria Mungkin nama-nama ini terlalu indah dan puistis bagi grup metal, yang sebelumnya lekat dengan imaji brutal dan kasar. Gothic metal sendiri merupakan sempalan gaya musik yang berkembang di Eropa pada awal tahun 1990-an, sebagai subgenre dari aliran musik doom metal, yang banyak menampilkan tema-tema kelam, seperti maut, takdir, perasaan terasing dan sebagainya.
Nah, di Semarang tercinta, ada juga grup yang cukup setia mengusung musik metal-kelam ini, yakni Castle, yang usianya relatif cukup muda, karena baru terbentuk pada 21 Mei 2000. Walau begitu, grup yang dimotori oleh Tiksni (vokal), Bandung (gitar), Adi (bas) dan Yus (dram) ini bisa diandalkan untuk bicara sebagai band Semarang yang cukup khas. Bukan saja karena mereka sudah membuktikan kebolehan bermusik dalam beberapa kompetisi, seperti Parade Musik Merah Membara ( Juara kedua, 2002) atau di kancah yang lebih berwibawa seperti Gudang Garam Monster of Rock ( Juara Pertama, 2002 ), namun juga menampilkan lagu gthic andalan mereka dalam beberapa album kompilasi.Sebut saja : “ Monster of Darkness Compilation”, “The Lost Dream Compilation”, “Sign of Beauty Compilation”, “ dan “ Ceremonial Darkness”. Jadi cukup wajar bila para penggemar gothic metal cukup hapal dengan beberapa hit Castle, yang selalu dibawakan di atas panggung, seperti “ Yang Tersisa”, “ In The Name of Dark Land”, “ Samudra Air mata”. Atau “ Bayangan Kelam”.
Menurut Tiksni, vokalis dan satu-satunya cewek di Castle. defenisi musik Gothic metal sendiri sampai kini masih cukiup rancu, karena gaya komposisi dan estetika musik yang dibawakan begitu beragam. Yang jelas dalam konsep musik gothic metal, biasanya ego pribadi para personil, yang biasanya saling unjuk kebolehan, ditinggalkan. Gothic metal lebih mengutamakan harmoni sebagai konsep utamanya. “ Di Barat sana, malah cukup banyakl grup gothic yang membawa dua vokalis dengan tekstur suara yang berbeda tajam. Tak jarang duo vokalis mereka malah vokalis pria dan wanita. Juga seringnya mengusung gaya bernyanyi para pendeta, seperti tembang Gregorian yang antik itu, namun dalam aransemen musik gothic mertal, jadi terdengar keren. Biasanya pemakaian gitar akustik dan kibor pun bisa menjadi unsur bunyi utama,” ujar Tiksni lagi.
Memang, kalau kita amati, ada yang khas dari gaya musik gothis metal ini. Tidak asal gaduh riuh, dengan teriakan parau penyanyinya. Bahkan dari segi komposisi, gaya ini lebih mengacu pada konsep musik doom metal atau black metal, yang melodi dan ritemnya diwarnai bunyi synthesizer yang berat. Seperti vokal pria dan wanita yang tampil bersamaan dalam warna nada yang berbeda, gitar akustik juga menjalin melodi tersendiri dengan gitar listrik, dalam nada yang kadang terdengar rumit. Kibor yang tampil dominan dalam menghadirkan unsur suara string dan alat musik tiup, membuat mereka lebih sering menampilkan harmoni orkestrasi simfonik, hingga gaya musik ini juga disebut sebagai symphonic metal.
Dari sisi lirik, nampak gaya yang paling khas, yakni menampilkan tema fantasi yang bersumber pada berbagai kisah legenda fantasi Eropa pada Abad Pertengahan, dengan segala pengembangan dan tafsir yang baru. Tak heran bila nama dan kalimat dalam bahasa Latin sering muncul, juga kisah tentang para ksatria, putri jelita, penyihir, mahluk gaib dan peperangan dahsyat sering diangkat sebagai tema lirik yang memikat, dan berbeda jauh dengan lirik band death metal Amerika yang seringkali bertemakan sadisme yang berdatah dan horor seram.
Tentu saja pengaruh warna gothic metal Eropa ini tak bisa ditepis begitu saja oleh grup lokal seperti Castle. Saat ditanyakan tentang pengaruh gaya goth Eropa ini, Tiksni, sebagai juru bucata Castle mengatakan, “ Sebagai sebuah grup gothic metal, Castle sendiri jelas terpengaruh oleh pola musik yang sudah dicetuskan oleh para gembong gothis metal Eropa, sama seperti pelukis kondang kita, Affandi, atau siapa gitu, yang juga terpengaruh oleh gaya melukis para tokoh seni rupa moderen di eropa, jadi wajar saja sebenarnya. Nah, grup yang mempengaruhi warna musik Castle antara lain grup gothic dari Belanda, Within Temptation, kemudian ada juga grup seperti Nightwish, dan After Forever, yang lagu-lagunya disukai oleh hampir semua penggemar musik gothic di Semarang, bahkan saya yakin juga di Indonesia,” tutur Tiksni.
Dalam Castle sendiri, Tiksni juga merupakan penulis lirik dari sebagian besar lagunya, di samping dibantu oleh Yus, dramer muda yang punya ragam pukulan kaya, yang ternyata juga seorang lirikus yang cukup bagus. Tiksni sendiri tadinya merasa belum terpikat dengan musik kelam ini, yang menyanyikan lagu apa saja yang dia bisa. “ Namun setelah mendengar sebuah lagu Within Tempation, aku mencoba membawakan, kok rasanya pas dengan apa yang kurasakan, kupikir ini sejiwa dong. Sejak saat itu aku lebih masuk ke dalam scene musik gothic metal. Kebetulan ada beberapa teman yang se ide, lalu “yuk kita bentuk grup’, nah jadilah Castle. Jadi pada awalnya bisa dibilan g semua ini lahir dari spontanitas, “ ujkar vokalis yang berwajah sendu, yang juga senang mengenakan baju warna hitam.
Nah apakah kekelaman itu merupakan tema mutlak dari jenis musik ini, yang bisa diartikan sebagai kemuraman kita menghadapi hidup yang begini indah ? “ Nggak bisa dijabarkan sepeerti itu. Kalau disimak, sebagian besar dari apa yang diungkapkan oleh lagu-lagu gothic metal justru kesadaran kita menghadapi ralitas hidup ini, yang bukan terdsiri dari tumpukan mimpi-mimpi. Dunia bukan fatamorgana yang berisi harapan yang indah-indah saja, justru harus ada semacvam kesadaran untuk meyakini, betapa pun pedihnya hidup ini, kita tetap berani melakoninya. Dalam lagu Castle yang berjudul “Tragedi” misalnya, saya malah menuliskan lirik lagu yang optimistis. Begini,” Songsong esok hari ceria, bersama cerita. Akhir duka dalam hidupku, hadirkan cerita. Satukan jiwa yang lelah, menahan derita. Bersama kita bersatu rasa, gapai bahagia.” Tuh, asyik kan. Jadi nggak semacam mahluk kelam, seperti yang disangka orang kan ?,” katanya diikuti tawa. Hm, jadi penampilan hitam-hitam, cuma sebatas gaya, atau setidaknya semacam upaya agar lagu dan penampilan mereka lebih dramatis ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar